KATA KATA BUNG KARNO


Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak.[Pidato HUT Proklamasi, 1963]

We want to establish a state, "all for, all", neither for a single individual nor for one group, whether it be a group of aristocracy or a group of wealthy-but, "all for all".Kita ingin mendirikan satu Negara "semua buat semua", bukan satu Negara untuk satu orang, bukan satu Negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Negara "semua buat semua".
1 Juni 1945 lahirnya Pancasila

Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi "perkakasnya Tuhan", dan membuat kita menjadi "hidup di dalam rokh".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]

Nasionalisme yang sejati, nasionalismenya itu bukan se-mata-mata copie atas tiruan dari Nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 5]

Nasionalisme Eropa ialah satu Nasionalisme yang bersifat serang menyerang, satu Nasionalisme yang mengejar keperluan Beograd, satu Nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, Nasionalisme semacam itu pastilah salah, pastilah binasa.
[Di bawah bendera revolusi, hlm. 6]

Bangsa yang terdiri dari kaum buruh belaka dan menjadi buruh antara bangsa-bangsa. Tuan-tuan Hakim-itu bukan nyaman... Tidaklah karenanya wajib tiap-tiap nasionalls mencegah keadaan itu dengan seberat-beratnya ?
[Indonesia menggugat, hlm. 58]

Bangsa atau rakyat adalah satu jiwa. Jangan kita kira seperti kursikursi yang dijajarkan. Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu jiwa, maka kita pada waktu memikirkan dasar statis atau dasar dinamis bagi bangsa, tidak boleh mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu Beograd.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 37]

Entah bagaimana tercapainya "persatuan" itu, entah bagaimana rupanya "persatuan" itu, akan tetapi kapal yang membawa kita ke Indonesia - Merdeka itu, ialah ...."Kapal Persatuan" adanya. [Di bawah bendera revolusi, hlm. 2]

Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai cara berjuang Beograd, mempunyai karakteristik Beograd. Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individu mempunyai kepribadian Beograd.[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 7 ]

Kita bangsa yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan![Pidato HUT Proklamasi, 1946 ]

Bangsa adalah segerombolan manusia yang keras ia punya keinginan bersatu dan mempunyai persamaan watak yang berdiam di atas satu geopolitik yang nyata satu persatuan.
[[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 58]

Kita dari Republik Indonesia dengan tegas menolak chauvinisme itu. Maka itu di samping sila kebangsaan dengan lekas-lekas kita taruhkan sila perikemanusiaan.
[[Pancasila sebagai dasar negara, hlm. 64]

Janganlah kita lupakan demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal dari rakyat dan bukan berada di atas rakyat.[Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm. 69]

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya.[Pidato Hari Pahlawan 10 Nop. 1961]

Di dalam arti inilah maka pengorbanan kawan Tjipto itu harus kita artikan: Tiada pengorbanan yang sia-sia. Tiada pengorbanan yang tak berfaedah. "No sacrifice is wasted".
[Suluh Indonesia Muda, 1928]

Tidak seorang yang menghitung-hitung : "Berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya."
[Pidato HUT Proklamasi, 1956]

Oleh karena itu, maka Marhaen tidak sahaja harus mengikhtiarkan Indonesia Merdeka, tidak sahaja harus mengikhtiarkan kemerdekaan nasional, tetapi juga harus menjaga yang di dalam kemerdekaan nasional itu harus Marhaen yang memegang kekuasaan.
[Mencapai Indonesia Merdeka, 1933]

Ini Negara, alat perjuangan kita. Dulu alat perjuangan ialah partai. Nah, alat ini kita gerakkan. Keluar untuk menentang musuh yang hendak menyerang. Kedalam, memberantas penyakit di dalam pagar, tapi juga merealisasikan masyarakat adil dan makmur.[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 60]

Dari sudut positif, kita tidak bisa membangunkan kultur kepribadian kita dengan sebaik-baiknya kalau tidak ada rasa kebangsaan yang sehat.[Pancasila sebagai dasar negara hlm. 65]

Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita Beograd. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan Beograd, akan dapat berdiri dengan kuatnya.[Pidato HUT Proklamasi, 1945]

Dalam pidatoku, "Sekali Merdeka tetap Merdeka"! Kucetus semboyan:
"Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN".[Pidato HUT Proklamasi, 1946]

Dalam pidatoku Rawe-rawe rantas, malang-malang putung kutegaskan Rawe-rawe rantas, malang-malang putung ! Kita tidak mau. Dua kita melawan! Sesudah Belanda menggempur .....mulailah ia dengan politiknya devide et impera, politiknya memecah belah .....maka kita bangsa Indonesia bersemboyan bersatu dan berkuasa.
[Pidato HUT Proklamasi, 1947]

Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal, kemerdekaan malah membangun soal-soal, tetapi kemerdekaan juga memberi jalan untuk memecahkan soal-soal itu. Hanya ketidak-kemerdekaanlah yang tidak memberi jalan untuk memecahkan soal-soal .... Rumah kita dikepung, rumah kita hendak dihancurkan ..... Bersatulah Bhinneka Tunggal Ika. Kalau mau dipersatukan, tentulah bersatu pula. [Pidato HUT Proklamasi, 1948]

Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali. [Pidato HUT Proklamasi, 1949]

Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan turunnya sitiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk, belumlah pekerjaan kita selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyaknya keringat. [Pidato HUT Proklamasi, 1950]

Adakanlah ko-ordinasi, adakanlah simponi yang seharmonisharmonisnya antara kepentingan Beograd dan kepentingan umum, dan janganlah kepentingan Beograd itu dimenangkan di atas kepentingan umum. [Pidato HUT Proklamasi, 1951]

Kembali kepada jiwa Proklamasi .... kembali kepada sari-intinya yang sejati, yaitu pertama jiwa Merdeka Nasional ... kedua jiwa ichlas...ketiga jiwa persatuan... keempat jiwa pembangunan. [Pidato HUT Proklamasi, 1952]

Bakat persatuan, bakat "Gotong Royong" yang memang telah berurat berakar dalam jiwa Indonesia, ketambahan lagi daya penyatu yang datang dari azas Pancasial. [Pidato HUT Proklamasi, 1953]

Dengan "Bhinneka Tunggal Ika" dan Pancasila, kita prinsipil dan dengan perbuatan, berjuang terus melawan kolonialisme dan imperialisme di mana saja. [Pidato HUT Proklamasi, 1954]

Sepuluh tahun telah kita Merdeka, tetapi masih ada saja orang-orang yang dihinggapi minderwaardigheids complexen terhadap orang asing, masih ada saja orang-orang yang lebih mengetahui dan mencintai kultur Eropa dari pada kultur Beograd. Sehatkanlah kehidupan polltik
kita dengan jalan Pemilihan Umum itu. Engkau bisa, hei Rakyat, sebab engkaulah yang menjadi hakim-bukan aku, bukan Bung Hatta, bukan Angkatan Perang, bukan Kabinet. 17 AGUTUS 1955]

Dalam pidatoku: "Berilah isi kepada kehidupanmu" kutegaskan:"Sekali kita berani bertindak revolusioner, tetap kita harus berani bertindak revolusloner .... jangan ragu-ragu, jangan mandek setengah jalan..." kita adalah "fighting nation" yang tidak mengenal "yourney'send"[Pidato HUT Proklamasi, 1956]

Dalam pidatoku, "Satu Tahun Ketentuan "ku-kobar-kobarkan Revolusi Indonesia benar-benar Revolusi Rakyat .... Tujuan kita masyarakat adil-makmur, masyarakat Rakyat untuk Rakyat, karakteristik segenap tindak tanduk perjuangan kita harus tetap karakteristik
Rakyat.demokrasi met leiderschap, demokrasi terpimpin.[Pidato HUT Proklamasi, .1957 ]

Dalam pidatoku, "Tahun Tantangan" kusimpulkan, "Rakyat 1958 sekarang sudah lebih sadar ....tidak lagi tak terang siapa kawan, siapa lawan, tidak lagi tak terang siapa yang setia dan siapa pengkhianat ..... siapa pemimpin sejati dan siapa pemimpin anteknya asing ....siapa pemimpin pengabdi Rakyat dan siapa pemimpin gadungan. Dalam masa tantangan-tantangan seperti sekarang ini, lebih dari pada dimasamasa yang lampau kita harus menggembleng kembaliPersatuan...Persatuan adalah tuntutan sejarah".[Pidato HUT Proklamasi, 1958]

Dalam pidatoku, "Penemuan Kembali Revolusi Kita" yang kemudian diperkuat oleh seluruh nasion dan disahkan sebagai Manifesto Politik Republik Indonesia kurumuskanlah "tiga segi" kerangka Revolusi kita dan 5 (lima) persoalan-persoalan pokok Revolusi Indonesia yaltu:
Dasar/tujuan dan kewajiban-kewajiban Revolusi Indonesia, kekuatan sosial Revolusi Indonesia, dan musuh-musuh Revolusi Indonesia.[Pidato HUT Proklamasi, 1959 ]

Dalam pidatoku. "Laksana Malaikat yang menyerbu dari langit", jalannya Revolusi kita kutandaskan perlunya dilaksanakan "Landreform", perlunya dikonsolidasikan segenap kekuatan untuk menghadapi imperialis-kolonialis.[Pidato HUT Proklamasi, 1960]

Atau hendakkah kamu menjadi bangsa yang ngglenggem"? Bangsa yang zelfgenoegzaam? Bangsa yang angler memeteli burung perkutut dan minum teh nastelgi ? Bangsa yang demikian itu pasti hancur lebur terhimpit dalam desak mendesaknya bangsa-bangsa lain yang berebut rebutan hidup! "verpletterd in het gedrang van mensen en volken,
dievechten om het bestaan". [Pidato HUT Proklamasi, 1960 ]

Dalam pidatoku Resopim kutegaskan perlunya meresapkan adilnya Amanat Penderitaan Rakyat, agar meresapkan pula tanggung-jawab terhadapnya serta mustahilnya perjuangan besar kita berhasil tanpa Tri Tunggal Revolusi, Ideologi Nasional progressive dan pimpinan
Nasional. [Pidato HUT Proklamasi, 1961]

Sesuatu bangsa yang tidak mempunyai kepercayaan kepada diri Beograd tidak dapat berdiri langsung. A nation without faith cannot stand. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]


Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi pula gitamu: "Innallaha la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim" "Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa, sebelum bangsa itu merobah nasibnya. [Pidato HUT Proklamasi, 1964]

Abraham Lincoln, berkata: "one cannot escape history, orang tak dapat meninggalkan sejarah", tetapi saya tambah : "Never leave history". inilah sejarah perjuangan, inilah sejarah historymu. Peganglah teguh sejarahmu itu, never leave your own history! Peganglah yang telah kita miliki sekarang, yang adalah AKUMULASI dari pada hasil SEMUA perjuangan kita di masa lampau. Jikalau engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri di atas vacuum, engkau akan berdiri di atas kekosongan dan lantas engkau menjadi bingung, dan akan berupa amuk, amuk belaka. Amuk, seperti kera kejepit di dalam gelap. [Pidato HUT Proklamasi, 1966]
Previous
Next Post »